CILACAP – Tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tritih Lor, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap, kini mencapai kondisi mengkhawatirkan. Gunungan sampah yang terus bertambah dari hari ke hari mulai meluber keluar area pembuangan, menimbulkan bau busuk yang menyengat .
Kondisi ini terlihat jelas sejak truk-truk pengangkut sampah dari berbagai wilayah kota dan sekitarnya datang setiap hari, namun kapasitas TPA yang terbatas tak mampu menampung seluruh sampah. Akibatnya, tumpukan terlihat menggunung tanpa pengolahan yang memadai.
“Bau sampah makin parah , apalagi saat sore hari. Kami jadi enggan membuka jendela,” Pak Slamet (36), warga Desa Tritih Lor yang rumahnya dekat dari lokasi TPA.
Selain bau menyengat, warga juga mengeluhkan meningkatnya jumlah lalat, tikus, dan nyamuk yang diduga bersumber dari area pembuangan.
Sebenarnya, di lokasi tersebut telah dibangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Refuse-Derived Fuel (RDF), yang diresmikan sebagai salah satu inovasi energi alternatif dari limbah padat. Namun, keterbatasan kapasitas dan mesin membuat pengolahan belum bisa menyentuh seluruh volume sampah harian.

Selain mengganggu kenyamanan, tumpukan sampah juga berpotensi mencemari lingkungan. Air lindi (cairan hasil pembusukan sampah) diduga telah meresap ke saluran air sekitar, meskipun belum ada hasil uji laboratorium resmi. Beberapa warga melaporkan sumur mereka mulai berbau saat musim hujan tiba.
Menanggapi kondisi TPA Tritih Lor yang semakin penuh, Pemerintah Kabupaten Cilacap melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) menyiapkan sejumlah langkah penanganan untuk mengurangi dampak yang dirasakan masyarakat.
Dalam jangka pendek, DLH akan memperbaiki sistem pengelolaan tumpukan sampah di lokasi TPA dengan menambah lapisan tanah penutup dan menggunakan alat berat secara rutin untuk meratakan tumpukan. Selain itu, pemasangan biofilter alami dari tanaman tertentu di sekitar area pembuangan juga direncanakan untuk menyerap bau busuk yang mengganggu.
Untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah daerah berencana melakukan perluasan zona aktif TPA, sekaligus memperluas hanggar pengolahan RDF agar dapat menampung dan memproses lebih banyak volume sampah per hari.
Tak hanya itu, pengembangan TPST skala desa juga sedang digagas sebagai solusi desentralisasi. Beberapa desa yang memiliki lahan dan tenaga kerja lokal akan dibina agar mampu memilah dan mengolah sampah organik dan anorganik secara mandiri sebelum dikirim ke TPA utama.
Program edukasi masyarakat juga akan diperluas melalui kampanye pemilahan sampah dari rumah tangga dan penguatan peran Bank Sampah di tiap kelurahan. Pemerintah berharap keterlibatan warga secara aktif akan mengurangi beban TPA dan mempercepat proses pengolahan di pusat.
Pengelolaan sampah bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Saat gunungan sampah makin tinggi, yang dibutuhkan bukan hanya teknologi—tetapi juga kesadaran, partisipasi, dan kepedulian kolektif agar Cilacap tetap bersih dan sehat untuk generasi mendatang.
- Photographer : Kukuh Mangku R
- Writer : Fajriyan Adzan M & Rizky Bagus P